Senin, 09 Juni 2014

analisis buku Bahasa Indonesia untuk SMP

MATERI SEMANTIK DALAM BUKU PAKET KELAS 7 SMP PENERBIT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2013

1. Hal  36 materi yang berhubungan dengan semantik ialah yang berhubungan dengan penamaan dan pendefenisian yang berupa mengetahui bagian-bagian yang berupa identifikasi, klasifikasi/deskripsi, dan deskripsi bagian pada teks deskripsi  "Tari Saman".

    Hal 51 materi yang berhubungan dengan semantik ialah yang berhubungan dengan penamaan dan pendefenisian yang berupa mengetahui bagian-bagian yang berupa identifikasi, klasifikasi/deskripsi, dan deskripsi bagian pada teks deskripsi  "Pantun Indonesia".


2. Hal 95 materi yang berhubungan dengan semantik yaitu pada penyusunan teks eksposisi "Teknologi Tepat Guna" menggunakan alat kohesi. Kohesi adalah keterpaduan yang dicapai melalui pemilihan kosakata. Kohesi leksikal dapat berbentuk, antara lain dengan pengulangan, sinonim, hipononim, dan antonim.

           3. Pelajaran semantik yang mempelajari tentang penyebutan bagian terdapat pada halaman 7 dari buku kurikulum 2013, disebutkan bahwa untuk memahami setiap paragraf harus memperhatikan tiga hal diantaranya: definisi umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat.

     4.  Pelajaran semantik yang mempelajari makna kata dan makna istilah yang terdapat pada halaman 27 dalam buku kurikulum 2013, yang menjelaskan bahwa memahami teks dan mancari makna kata yang ada dalam karangan dan mendeskripsikan sendiri serta mencarinya dalam kamu

ANALISIS SEMANTIK DALAM BUKU PAKET SMP

Buku paket kelas VII SMP
 buku pada kelas VII SMP yang memakai kurikulum 2013:
Dalam buku ini berisi beberapa semantic yang telah dipelajari siswa SMP seperti:
Pada halaman 45
Sinonim dan Antonim
Setiap kata memiliki makna. Dalam penggunaannya, ada beberapa kata yang memiliki makna sama yang disebut sinonim. Namun, ada juga beberapa kata yang memiliki makna saling berlawanan, yang disebut antonim.Selain sinonim dan antonim, ada juga istilah polisemi.Polisemi adalah sebuah kata yang memiliki beberapa makna. Antarmakna kata tersebut masih memiliki inti makna yang sama.
Perhatikan beberapa kata pada kalimat-kalimat di bawah ini !
1.      Lantai kamar ini terasa halus karena sudah dikeramik. Saat belum dikeramik, lantai terasa kasar.
Kata halus berlawanan makna dengan kata kasar.Jadi, hubungan makna antara kata halus dan kasar adalah hubungan antonim.Contoh lainnya adalah bersih >< kotor, tinggi >< rendah/pendek, sejuk >< panas.
2.      Di pojok ruang itu terdapat sebuah lemari ukir dari kayu jati.
Di sudut ruang itu terdapat sebuah lemari ukir dari kayu jati.
Kata pojok memiliki makna sama dengan makna kata sudut.Hubungan makna antara kata pojok dan sudut adalah hubungan sinonim. Contoh lainnya adalah suka = senang, kawan =teman, gelap = pekat.
Pada halaman 72
Homonim, Homofon, Homograf
1.      Homonim adalah kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Contoh:
a.       Kondisinya sudah sangat genting sehingga ayah dan ibu khawatir. (genting = gawat).
b.      Paman sedang memperbaiki genting yang pecah. (genting = atap).
2.      Homofon adalah kata yang cara pelafalannya sama, tetapi penulisan dan maknanya berbeda. Contoh :
a.       Dinda akan pergi kerumah nenek bersama bang ahmad. (bang = kakak).
b.      Harun menyimpan uangnya di bank. (bank = lembaga keuangan).
3.      Homograf adalah kata yang tulisannya sama, tetapi pelafalan dan maknanya berbeda contoh:
a.       Tia makan apel yang dibelikan bibinya. (apel = makan buah apel).
b.      Pejabat di kantor kelurahan sedang apel pagi di halaman. (apel = upacara bendera).
Pada halaman 108
Makna Konotasi dan Denotasi
1.      Makna konotasi adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya berupa nilai rasa tertentu, misalnya perasaan hormat, marah atau merendahkan. Makna konotasi tidak sama dengan makna kiasan. Makna konotasi ada yang positif dan ada yang negative. Contohnya:
a.       Puluhan warga meninggal akbat musibah bencana banjir. (meninggal = konotasi netral).
b.      Akibat firus flu burung, banyak unggas yang mati. (mati = untuk binatang).
c.       Para pahlawan yang gugur di medan perang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. (gugur = konotasi hormat untuk pahlawan).
2.      Makna denotasi adalah makna kata lugas dan menunjuk langsung pada acuan tanpa disertai nilai rasa atau emosi (tidak ada penambahan makna didalamnya). Contonya:
a.       Kawanan kera itu akhirnya matikelaparan ditengah hutan gundul.
b.      Ia memang anak yang cerdik dalam menyelesaikan masalah.
Pada halaman 168
Reduplikasi Nomina
Kondisi sekolah-sekolah yang telah hancur lebur lantas mengingatkannya terhadap masalalu SD Muhammadiyah yang juga hamper rubuh meski bukan karena bencanan alam.
Kata yang bercetak tebal pada kalimat di atas merupakan jenis kata ulang nomina.Kata ulang nomina adalah kata ulang yang bentuk dasarnya adalah kata benda (nomina). Kata sekolah-sekolah  pada kalimat di atas, memiliki bentuk dasar sekolah, yang merupakan jenis kata benda.
Pada halaman 195
Hipernim dan Hiponim
Hipernim Hiponim
Bunga Mawar, melati, kenanga, plamboyan
Buah Pisang, mangga, jambu, apel, nanas
Sayur Bayam, wortel, angkung, kol, buncis
Alat transportasi Speda, bus, kapal, pesawat terbang
1.      Pada  data diatas dapat disimpulakn Hipernim adalah sebuah kata umum yang memiliki kata-kata khusus. Kata-kata khusus ini merupakan sebuah rincian anggota dari kata umum (hipernim) tersebut.Kata umum dan kata-kata khusus ini harus saling berhubungan dalam hal maknanya.
2.      Sedangkan hiponim pada data di atas adalah kata-kata khusus dari sebuah hipernim. Hiponim masi memiliki hubungan makna dengan hipernimnya. Dengan kata lain, hiponim adalah rician spesifik (anggota) dari hipernim, yang masi memiliki hubungan makna.
Pada halaman 198
Preposisi Dari dan Daripada
1.      Penggunaan pupuk kompos lebih baik dari pupuk kimia.
2.      Bakat melukis andini lebih menonjul dari kakaknya.
3.      Naik speda lebih sehat dari naik speda motor.
Berdasarkan contoh tersebut, kata depan dari berfungsi untuk menandai makna ‘perbandingan’. Kata depan yang menyatakan makna ‘perbandingan’ seperti contoh tersebut dapat dirubah dengan kata depan daripada.
a.       Penggunaan pupuk kompos lebih baik daripada pupuk kimia.
b.      Bakat melukis andini lebih menonjul daripada kakaknya.
c.       Naik speda lebih sehat daripada naik speda motor.

Buku paket kelas VIII SMP
 buku pada kelas VIII SMP yang memakai kurikulum 2013:
Dalam buku ini berisi beberapa semantic yang telah dipelajari siswa SMP seperti:
Pada halaman 94
Menemukan Makna Kata Ulang
Selamatkan kami dari tangan-tangan jahil.Biarkan kami menikmati hidup berabad abad. Kami hewan-hewan langkah memerlukan perlindungan !
Pada kata-kata : Tangan-tangan, berabad-abad, dan hewan-hewan. Kata tersebut mengalami pengulangan baik seluruhnya atau sebagian, kata dasar atau berimbuhan.Kata semacam ini disebut kata ulang.
Pada halaman 152
Perluasan Makna dan Penyempitan Makna
Kata Makna Dahulu Makna Sekarang Keterangan
Sastra Tulisan Karya seni bahasa menyempit
Putri Sebutan untuk anak perempuan raja Anak perempuan meluas
Saudara Ada hubungan pertalian darah Menyapa orang yang tidak harus berhubungan darah meluas
Madrasah Sekolah Sekolah khusus agama islam menyempit
Pada data diatas perluasan makna dapat diartikan yakni kata-kata yang dahulu mempunyai cakupan makna yang lebih sempit, searang mempunyai makna yang lebih luas.Sedangkan penyempitan makna adalah kata-kata yang dahulu mempunyai cakupan makna luas sekarang mempunyai makna menyempit atau lebih spesifik.

Buku paket kelas IX SMP
 buku pada kelas VIII SMP yang memakai kurikulum 2013:
Pada halaman 6
Kalimat Majemuk Bertingkat pengandaian, perbandingan, dan sebab akibat
Kata pengandaian, perbandingan, dan sebab akibat digunakan untuk membuat kalimat majemuk bertingkat. Kata pengandaian biasanya ditandai pemakaian kata penghubung andai, andaikan, jika, dan,  jikalau. Penggunaan kata penghubung ini menyatakan pekerjaan tidak pernah terjadi.Contoh andai saja saya menjadi guru, mungkin saya akan mengajar kalian.
Berbeda dengan kata penghubung pengandaian, kalimat majemuk bertingkat menyatakan perbandingan ditandai pemakaian kata penghubung seperti, laksana, ibarat, bagai, bagaikan, sebagaimana, semisal, dan bak.Contoh : cita-citamu boleh tinggi, tetapi kamu harus siap dengan tantangan ibarat sebuah pohon, semangkin tinggi semangkin kencang angin menerpa.
Demikian halnya kalimat majemuk menyatakan sebab akibat ditandai pemakaian kata pengubung sebab, karena, sebabitu, karena itu, oleh karena itu, sehingga, maka, akibadnya, dan akhirnya.Contoh :karena orang tuanya pendidik, ia berkeinginan menjadi guru.
Pada halaman 16
Pergeseran Makna Meluas, Menyempit, Ameliorasi, Peyorasi, Sinestesia, dan Analogi
Makna kata dapat mengalami pergeseran atau perubahan.Pergeseran makna disebabkan perkembangan zaman atau pergeseran nilai rasa pada pemakainya. Macam-macam pergeseran makna, antara lain:
a.       makna menyempit atau spesialisasi, yaitu makna kata sekarang dirasakan lebih sempit atau khusus dari pada cakupan makna lama atau dahulu.contoh: pendeta dulu digunakan untuk menyebut orang pandai atau penasihat raja tetapi, sekarang kata pendeta hanya digunakan untuk menyebut pemimpin agama Nasrani.
b.      Makna meluas atau generalisasi, yaitu makna suatu kata sekarang lebih luas daripada cakupan makna sebelumnya. Contohnya :berlayar dulu hanya digunakan untuk menyebut perahu atau kapal yang digerakkan dengan bantuan layar. Sekarang, makna berlayar digunakan untuk alat transportasi air.
c.       Ameliorative yaitu makna kata yang dianggap bernilai rasa lebih baik atau lebih tinggi nilainya daripada sebelumnya. Contoh :office boy digunakan untuk menyebut penjaga kantor.
d.      Peyoratif yaitu pergeseran makna kata yang diaggap lebih rendah atau lebih kasar nilainya dari pada sebelumnya. Contoh: mampus dirasakan lebih kasar daripada meninggal.
e.       Makna asosiasi yaitu makna kata yang dibandingkan dengan sesuatu karena dianggap mempunyai persamaan sifat. Contoh: gadis itu menjadi kembang desa.
f.       Sinestesia yaitu pergeseran makna kata karena terjadi pertukaran tanggapan antara dua indra yang berbeda. Contoh kalau tersenyum, gadis itu manis sekali.
Pada halaman 55
Kata Asing dan Kata Sarapan
Kata asing adalah kata yang berasal dari bahasa asing atau di luar dari bahasa Indonesia.Karena kosakata bahasa asing, kata asing ditulis dengan cetak miring atau digaris bawahi.Namun, jika kata asing itu sering digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, kata asing itu disebut kata serapan. Contoh: warnet = warung internet.
Pada halaman 66
Kalimat Inversi atau Kalimat Susun Balik
Dilihat jenis kata kerja pada predikat, dikenal ada kalimat verbal dan kalimat nominal.Dilihat dari jumlah klausa, dikenal ada kalimat tunggal dan kalimat majemuk.Berdasarkan susunan fungsi kalimat, ada dua macam yaitu kalimat susun biasa dan kalimat susun balik.Kalimat susun biasa meletakkan jabatan subjek sebelum atau di depan jabatan predikat. Contoh: adik (S)  sudah mengerjakan (P) pekerjaan rumahnya (O). Sebaliknya, kalimat yang meletakkan jabatan predikat sebelum atau di dapan jabatan subjek disebut kalimat susun balik. Contoh: telah dikerjakan (P) PR itu (S) tadi malam (K).

Materi Pembelajaran Semantik dalam buku pelajaran SMP
A.   Mengungkapkan Fakta Secara Lisan Dengan Kalimat Bermakna Lugas (Denotatif)
Sebuah laporan harus disusun secara lengkap dan sistematis.Laporan yang lengkap berisi perincian peristiwa agar penonton atau pendengar mendapatkan informasi yang utuh dari peristiwa yang dilaporkan.Laporan harus menggunakan kalimat yang singkat dan lugas (kalimat yang bermakna denotatif), sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran dalam diri penonton atau pendengar.
Seoorang reporter harus melaporkan fakta dengan kalimat yang lugas. Ungkapkanlah secara lisan dan lugas 10 (sepuluh) kalimat yang menginformasikan fakta dalam teks berikut !

Wayang wong, amaq abir, dan cepung, kesenian langka

Tiga jenis kesenian  masing-masing wayang wong, amaq abir, dan cepung, tergolong kesenian langka. Hidup di tengah berbagai jenis hiburan modern, apalagi pelakunya masih terjerat persoalan ekonomi, membuat kesenian ini sulit bangit bahkan cenderung ditinggalkan pelakunya.
Para pelaku wayang wong sudah sepuh (tua). Sebagian besar di antara mereka berprofesi sebagai buruh tani.Jumlah pemainnya di atas 50 orang, terdiri dari actor di atas panggung 30-an orang, selebihnya adalah pemain gamelan.
Meskipun terdapat banyak sanggar, wayang di Nusa Tenggara Barat (NTB), khusus wayang yang diperankan orang ini memang berada dalam acaman kepunahan. Sulitnya kaderisasi membuat  jenis wayang ini hidup segan mati tak mau. Itu terjadi dalam lingkungan sanggar Darma Kerti, Dusun Batupandang, Desa Sepit, Suela, Lotim, satu-satunya kelompok Wayang Wong di NTB.Tidak hanya langka kelompok, cerita yang dimiliki pun hanya satu, judulnya yaitu Arma Kerti.
Lakon yang dibawakan tersebut si ambil dari Serat Menak  dengan tokoh seperti Umar Maya, Patih Baktak, dan para pelaku lain. Persoalan  beratWayang Wong tidak lepas dari jumlah pemain yang begitu banyak. Uniknya, pemahaman terhadap naskah pun dilakukan secara lisan, mengingat mereka memiliki naskah secara tertulis.Padahal, bahasa yang digunakan adalah bahasa Kawi.
Kehadiran Wayang Wong dirintis Amaq Amon dari desa Slaparang, Lotim, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan sanggar yang dibina oleh Amaq Kayu tahun 1950.Generasi berikutnya adalah Amaq Kayum dilanjutkan Amaq Murni hingga sekarang kini, Wayang Wong berada dalam bayang-bayang kepunahan.Ancaman itu tidak lepas dari leamhnya regenerasi.
“Banyak pemain wayang Wong yang menjadi TKI.Ada juga yang menikah, kemudaian tak mau bergabung lagi,” kata ketua Sanggar Darma Kerti, Amaq Marni beberapa waktu lalu. Sanggar itu masih menyisahkan 40-an pemain. Banyaknya pemain yang dibutuhkan tidak lepas dari banyaknya peran yang mesti dibawakan kadang untuk menyiasati pemeran, pemain pria terpaksa dipermak memerankann figur wanita.
Kesenian lain yang tergolong langka yaitu Cepung. Cepung merupakan salah satu kesenian di Lombok yang menggunakan instrument pengiringnya sangat terbatas, berupa redep atau suling. Music cepung diperkirakan merupakan perkembangan dari seni pepaosan atau acerita klasik “Monyeh” atau seloka berbahasa sasak oleh Jero Mihran pad atahun Saka 1959 tersebut memiliki 571 bait. Menariknya, dalam seni Cepung tidak hanya ada irama music, melainkan juga pantun dan tarian.
Kesneian Cepung sudah menunjukkan adanya pembauran antara masyarakat sasak (islam) dan warga yang beragama Hindu. Uniknya, kadangkala asal mereka bukan dari satu desa, melainkan dari desa yang berbeda-beda dan berjauhan letaknya.Karena itulah, sebelum berkumpul dan menggelar kesenian Cepung, para pemain ini harus dihubungi terlebih dahulu agar bergabung.Mayoritas dari para pemain berprofesi sebagai petani.Cepung sebagai sebuah kesenian langka memang hidup di pedesaan.Para pelakunya pun tergolong sudah berusia uzur.
Sementara itu, Amaq Abir di Lombok Tengah mengalami nasib serupa.Teater topeng ini lebih banyak “libur” daripada beraksi di atas panggung.Seni pertunjukkan ini semakin langka.Selain itu, bukannya memiliki tariff main yang mahal, melainkan semakin kehilangan “harga”.Teater ini bercerita tentang seorang raja yang zalim, tamak, dan dengki.Tokoh ini merupakan Raja Medayin yang jika perbuatannya salah maupun benar harus diikuti. (rab)

(Sumber: http//www.suarantb.com,dengan pengubahan)

B.   Mengungkapkan Kesan Secara Lisan Dengan Kalimat Yang Memiliki Makna Konotatif
Sebagai seorang reporter, kamu dapat mempercantik laporan dengan mengungkapkan kesan.Tujuan pengungkapan kesan, yaitu untuk melibatkan emosi penonton atau pendengar terhadap peristiwa yang dilaporkan.Untuk menyatakan kesan, pelapor dapat menggunakan kalimat yang mengandung makna ganda (konotatif).Misalnya untuk menggambarkan kesan terhadap suasana hati para korban penggusuran, seorang reporter mengatakan “Para pemirsa, para korban penggusuran hanya bisa menatap dengan pandangan mata kosong pada puing-puing rumahnya yang telah rata dengan tanah.” Ungkapan menatap dengan pandangan mata yang kosong  dalam kalimat tersebut memiliki makna konotatif suasana hati yang sangat sedih (tanpa harapan) dari para korban penggusuran. Suasana hati tersebut merupakan kesan yang ditangkap oleh reporter dan dapat dipahami oleh penonton atau pendengar secara berbeda, sesuai dengan pengalaman batinnya.Hal terpenting bagi reporter dalam menyampaikan kesan aladah harus bersikap adil.
Ungkapkanlah secara lisan isi bacaan “Wayang Wong, Amaq Abir, dan Cepung, kesenian Langka !gunakanlah kalimat dan ungkapan yang memiliki makna konotatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar